8 Teknologi Hijau Ramah Lingkungan

Berikut 8 teknologi hijau yang ramah lingkungan di seluruh dunia.
Air Tree, Spanyol
Bangunan di Madrid ini dibuat dari barang-barang daur ulang, dan menyediakan ventilasi alami dan perlindungan dari panasnya musim panas. Tenaga surya dikumpulkan dari panel photovoltaic di kanopi yang digunakan untuk menyirami tanaman dan segala hal yang berhubungan dengan pemeliharaan tanaman.

Gedung ini bukanlah pusat perbelanjaan atau gedung pusat perbisnisan. Ini adalah gedung parlemen, tempat para wakil rakyat Jerman bekerja untuk kemajuan negeri mereka. The Reichstag, atau gedung parlemen Jerman ini menggunakan kaca dan cermin untuk memantulkan cahaya matahari sejauh mungkin, sehingga mereka tidak perlu bergantung lagi pada penerang buatan. Selain itu, gedung ini juga mampu mengumpulkan air hujan. Kini, gedung ini tidak hanya menjadi tempat bekerja para wakil rakyat di Jerman, tapi juga tempat yang sering didatangi oleh turis, dan tempat pengumpul energi.

Jika tanaman sudah tidak bisa ditanam di atas tanah lagi, maka tidak ada salahnya untuk menanamnya di atas air. Seperti yang dilakukan The Science Barge, yang menjadi tempat edukasi lingkungan sekaligus rumah kaca, yang terapung di atas Sungai Hudson, New York. Gedung ini digerakkan oleh tenaga surya, angin, dan bahan bakar bio. Tanaman di sini dikembangkan secara hidroponik, sehingga tanaman mendapatkan semua nutrisi yang dibutuhkannya dari air bukannya dari tanah, karena selain sulit didapat, tanah yang ada pun sudah tidak sehat lagi.
Rumah susun, Denmark
Perumahan ini hanya membutuhkan sekitar 10 menit dengan kereta dari Copenhagen, terdapat sekitar 500 apartemen dan distrik komersial, sehingga para penduduk tidak membutuhkan kendaraan bermotor untuk pergi berbelanja ataupun bersantai di kafe. Bangunan yang diresmikan di tahun 2010 ini dibuat untuk menangkap sebanyak mungkin sinar matahari. Ditambah dengan taman yang ada di datap, bangunan ini mampu membelokkan cahaya matahari yang menggangu, sehingga permukaan tetap sejuk.
Hutan Kota, Singapura
Akhir Juni 2012 lalu Singapura membuka Gardens by the Bay, sebuah kompleks vegetasi seluas 1 juta meter persegi yang bertujuan untuk membatasi pemanasan di pulau itu. Selain berisikan hampir 220.000 spesies tanaman, mereka juga membuat pohon-pohon raksasa dengan tinggi 25 hingga 50 meter. 18 pohon raksasa ini berfungsi sebagai penghasil tenaga surya, bertindak sebagai saluran udara untuk bangunan di sekitarnya, dan mengumpulkan air hujan.

Negara berpenduduk terbanyak di dunia ini memiliki ambisi untuk sudah menggunakan energi terbarukan sebanyak 15 persen di tahun 2020. Salah satu cara mereka untuk mencapai misi itu adalah membangun sebuah gedung yang diberi nama The Sun Moon Mansion ini. Gedung yang menyediakan gedung kantor, konferensi, dan pelatihan ini kini menjadi gedung yang memproduksi energi surya terbesar di dunia. Di tahun 2012 ini, 9 persen kebutuhan energi di negara ini telah menggunakan energi terbarukan. Hingga 8 tahun ke depan, sanggupkah mereka memenuhi targetnya?
Menara Angin, Abu Dhabi
Menara angin The Masdar Institute, di bagian tenggara Abu Dhabi, ini merupakan bagian dari perencanaan kota yang didirikan oleh Abu Dhabi Future Energy Company dengan bantuan dana dari pemerintah. Bangunan ini bertujuan untuk menciptakan kota yang 100 persennya digerakkan oleh energi terbarui dan tidak meninggalkan limbah apapun.

Sekilas tak terlihat ada hal yang istimewa dari bangunan perumahan, yang bernama The Wintles, ini. Namun jangan salah, rumah-rumah di komplek perumahan ini adalah salah satu perumahan yang menggunakan energi paling efisien di seluruh Inggris. Rumah, apartemen, dan bangunan lainnya hanya mengeluarkan emisi karbon di bawah 30 persen saja, sehingga pemerintah menyarankan penduduknya untuk tinggal di perumahan semacam ini. Selain The Wintlets, daerah urban di London juga menyediakan perumahan ramah lingkungan yang mampu menampung ratusan rumah dan ruangan kantor. Tempat yang diberi nama BedZED ini dilengkapi dengan taman atap, penggunaan material daur ulang, panel tenaga surya, dsb. membuat penduduk yang tinggal di tempat ini mampu mengurangi emisi gas karbon hingga 50 persen. [Tika/Mizan.com/Sumber: National Geographic]